Senin, 19 Oktober 2015

Korelasi Simbiotik Antara Agama Dengan Negara Pentingnya Pendidikan Bagi Warga Negara




 


Description: Hasil gambar untuk pendidikan
 







Korelasi Simbiotik Agama dengan Negara merupakan hubungan yang saling melengkapi atau bisa dikatakan saling mempengaruhi satu sama lain, layaknya manusia dengan kendaraan. Disini agama bagaikan manusia sedangkan Negara bagaikan kendaraan, dalam hal ini untuk menjalankan sebuah kendaraan dibutuhkan dua komponen ini karena jika salah satu tidak ada, maka kendaraan tidak akan berjalan. Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam pandangan ini, agama membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan mengembangkan agama, begitu juga sebaliknya, negara juga memerlukan agama sebagai sumber moral etika dan spiritualitas warga negaranya. salah satu dari korelasi simbiotik yang ada di Indonesia ini adalah dalam bidang pendidikan. Kenapa kok pendidikan adalah salah satu dari korelasi simbiotik di Indonesia??? Karena dalam agama ada dalil tentang menuntut ilmu sedangkan dalam negara ada UUD1945 tentang hak memperoleh pendidikan. Jadi bisa disimpulkan bahwa agama dan negara mempunyai dan menekankan visi misi yang sama yaitu menjadikan warga negara menjadi manusia yang berdaya (berwawasan global berdasarkan iman dan taqwa). Sehingga pemerintah melakukan segala upaya agar warga negara Indonesia bisa memperoleh pendidikan dan menuntut ilmu dengan nilai ibadah.
Hal ini dilihat dari program pemerintah yang menghasilkan sebuah kebijakan yaitu dari program BOS sampai yang sekarang Kartu Sakti guna memfasilitasi warga negara yang tidak bisa memperoleh pendidikan gara-gara tidak mempunyai biaya. Tidak hanya itu, pemerintah juga mempunyai program pemerataan pendidikan untuk daerah terpelosok agar daerah tersebut tidak tertinggal ataupun sampai tertindas oleh perkembangan zaman. Dari program tersebut sangat diharapkan melahirkan bibit-bibit bangsa yang mempunyai daya saing dalam segala hal terutama intelektual yang bermoral. Tentunya harapan tersebut bukan hanya harapan dari sebuah bangsa dan negara tapi juga harapan agama. Mungkin sekarang secara overall program dari pemerintah belum maksimal tapi setidaknya pemerintah sudah meminimalisir. Sekian penjelasan dan bukti konkrit dari korelasi simbiotik antara agama dengan negara dalam bidang pendidikan.

Senin, 21 September 2015

Al Ilmu Nafikh (Ilmu Yang Bermanfaat)

         Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari segi kenyataan dalam alam manusia.Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya serta kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sedangkan ilmu yang bermanfaat adalah segala usaha (ilmu) yang didapat setelah itu diajarkan/diamalkan ke orang lain dan seterusnya begitu.Ilmu yang bermanfaat tentu sangat berkontribusi bagi kehidupan di dunia dan akhirat karena pahalanya mengalir tiada putusnya sekalipun orang itu sudah meninggal.
          Dari Abu Hurairoh RA, Rasulullah bersabda "Apabila anak Adam meninggal maka akan terputuslah kecuali 3 perkara, yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat,dan doa anak sholeh". Di dalam kitab Riyadhu Sholihin diterangkan bahwasannya manusia dianjurkan/diwajibkan melakukan amal baik karena amal baik bagaikan bekal untuk menuju akhirat. Usahakan setiap waktu untuk menambah amal karena umur selalu berkurang dan kematian semakin dekat, karena ketika sudah meninggal hanya sesuatu yang kita usahakanlah yang akan menemani kita di akhirat.
        Selain itu ada juga shodaqoh jariyah, shodaqoh dimana walaupun orangnya sudah meninggal jika digunakan untuk kebaikan seperti membangun masjid maka pahalanya akan terus mengalir. Doa anak sholeh juga akan mengalir terus selama dia berbuat kebaikan dan berdoa. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr ayat 10 "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berdoa, "Ya tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya tuhan kami, sungguh Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang".

Sabtu, 12 September 2015

Inikah Sistem Pendidikan Indonesia???


       Beginilah keadaan pendidikan di Indonesia, keadaan dimana saya merasakan kesedihan yang mendalam setelah saya mengamati konspirasi yang ada. Doktrin demi doktrin dilancarkan lembaga pendidikan kepada para pelajar, dari TK sampai SMA mungkin juga sampai Sarjana didoktrin  untuk sukses dan kaya banyak uang. Pada akhirnya yang ada dipikirannya cuma sekolah lulus dapat ijazah terus kerja dapat gaji banyak kemudian menikah punya anak dan reuni saling memamerkan kekayaan masing-masing. Itu pelajar yang mengenyam pendidikan, lalu bagaimana dengan yang tidak mengenyam pendidikan??? mereka yang tidak berpendidikan hanya bisa pasrah dengan apa yang ada seakan-akan putus asa dengan apa yang dijanjikan pemerintah. Padahal dalam UUD 1945 sudah dijelaskan bahwa semua orang berhak menerima pendidikan dan saat ini pemerintah belum sepenuhnya memenuhi apa yang sudah dijelaskan dalam UUD 1945.

       Kita yang beruntung mengenyam pendidikan khususnya untuk para mahasiswa jangan demo-demo mulu setelah diajak makan di Istana malah nurut sama pemerintah. Jika mahasiswa sudah tau kalau pemerintah sudah tidak mampu memenuhi pendidikan rakyat, mahasiswa bisa langsung turun tangan dengan cara mendirikan sebuah taman belajar bagi mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan seperti para anak jalanan. Padahal mereka punya potensi untuk menjadi orang-orang sukses yang bermanfaat bagi bangsa dan agama. Tapi kenyataannya miris mahasiswa hanya demo demo dan demo tanpa ada usaha yang nyata, apatis pula terhadap lingkungan sekitar. Mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan membutuhkan kita para pelajar yang mempunyai berbagai ilmu.

      Untuk pemerintah tolong jadilah negarawan bangun bangsa ini tanpa mengharapkan bayaran, bayaran seorang pemimpin sudah ada disana (akhirat). Jangan kebanyakan janji-janji sekolah gratis yang ntar bikin Indonesia semakin miris. Lembaga pendidikan tidak membutuhkan niat belajar seorang pelajar tapi membutuhkan uang saku pelajar, lembaga pendidikan tidak mau tau bah dia lulus atau nggak yang penting tiap bulan bayar uang spp. Lembaga pendidikan harus memprioritaskan ilmu agama (internal) sebelum memprioritaskan ilmu umum (eksternal) agar pelajar tidak mengalami kebutaan ilmu internal. Tidak ada salahnya mencoba sistem pendidikan pada zaman Rasulullah SAW.

Buang Sampah Sembarangan



Description: 20140410_104150_buang sampah-1.jpg


 Gambar diatas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila khususnya sila pertama, padahal sudah jelas ada undang-undang daerah yang mengatur tentang membuang sampah sembarangan. Hukuman yang diberikan pun ada yang di denda hingga di penjara. Masyarakat harusnya sadar akan perbuatan mereka yang membuang sampah sembarangan khususnya yang di perkotaan. Sering sekali kita jumpai masyarakat kota yang membuang sampah sembarangan terutama membuang sampah di sungai. Pemerintah pun sering kali memberi peringatan akan buruknya membuang sampah sembarangan.
Hal ini yang menyebabkan berbagai bencana melanda seperti banjir dan kekurangan air bersih. Contoh ibukota Indonesia yaitu Jakarta, Jakarta menderita dan terancam tenggelam akibat banjir. Masyarakatnya pun diserang berbagai penyakit khususnya daerah pemukiman yang padat penduduk. Dari penyakit diare,muntaber,gatal-gatal hingga kusta pun dirasakan. Tapi kenapa Masyarakat tetap membuat kesalahan yang sama?? Lihat gambar diatas seolah-olah si pembuang sampah tidak merasa berdosa, karena iman dan akal mereka masih lemah dan cenderung apatis terhadap lingkungan sekitar.
Perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan sila pertama dan sudah dijelaskan dalam sebuah hadits yang berbunyi “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Allah pun menyukai hamba nya yang menjaga kebersihan, mari mulai sekarang berubah untuk tidak membuang sampah sembarangan. Kasihan tidak hanya manusia yang merasakan tapi hewan dan tumbuhan pun juga merasakan dampaknya. Belajarlah dari masalah yang ada di Jakarta yg mayoritas masyarakatnya selalu membuang sampah sembarangan. Ayo budayakan hidup bersih dan tanpa sampah berserakan.



Hubungan Etika Dengan Ilmu




Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana bila harus hidup, bukanlah etika melainkan ajaran moral. Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalisir dan menghentikan perilaku penyimpangan di kalangan masyarakat. Di samping itu, ilmu dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masyarakat sekitar agar dapat menjadi cendekiawan yang memiliki moral dan akhlak yang mulia.
Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakan itu salah atau benar. Dengan begitu dalam proses penilainnya ilmu sangat berguna dalam menentukan arah dan tujuan masing-masing orang. Etika sebagai ilmu ketertiban dimana pokok masalah moralitas dipelajari. Ilmu secara moral harus ditunjukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat manusia. Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran. Etika memberikan standar yang mengatur pergaulan manusia dalam kelompok sosialnya, kemudian etika dirupakan ke dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika menyimpang dari kode etik.